Friday 10 July 2020

Petualangan Ibu Kucing

Oleh: Nada Narendradhitta


Saat keluarga kucing bangun, mereka kaget karena jam sudah menunjukan pukul 11 siang! Mereka panik saat sadar bahwa mereka bukan di kamar rumah, melainkan di... ANGKASA!!

Mereka juga sadar semua yang ada di situ terbuat dari awan. Entahlah siapa yang tingal di sana. Saat ibu kucing dan anaknya sedang mengaggumi ruangan itu, pelayan masuk. Anehnya pelayan itu tidak terkejut samasekali, melainkan senang. Lalu dia berkata, “Selamat datang kembali di istana kucing!”


Ibu kucing heran, kenapa pelayan itu bilang kembali? Mereka berjalan mengikuti pelayan itu. Ibu kucing melihat tahta yang kosong. Pelayan membawa mereka ke kamar megah yang terletak di ujung ruangan. Pelayan itu mengetik sesuatu, dan pintu terbuka secara otomatis. Di sana ada sofa, meja kecil bervas bunga, TV, dan tempat tidur nyaman. Di tempat tidur itu berbaring ratu cantik walaupun sudah tidak muda lagi. Pelayang itu mengatakan sesuatu yang membuat ratu tersenyum.

Lalu pelayan menoleh kepada ibu kucing dan berkata, “Semua tabib


istana tidak bisa menyembuhkan ratu, tapi salah satu tabib meramalkan bahwa siapa saja yang muncul di ruangan itu, laki-laki maupun perempuan, bisa mengambil obat ratu, yaitu bunga yang tumbuh di awan tertinggi.” Sambil mendekat ke ibu kucing pelayan menambahkan, “tentu itu jika anda mau, karena sudah banyak orang yang menolak. Apakah anda bersedia?”

“Tapi bagaimana dengan anaku?” tanya ibu kucing.

“Anakmu akan baik baik saja bersama kami.” jawab pelayan.


Ibu kucing berpikir, “Mmm baiklah, tapi saya tidak tahu di mana letak gunung itu. Bagaimana saya bisa sampai ke sana?”

“Tidak masalah. Kami akan memberikan petanya.” jawab pelayan.

Keesokan harinya, ibu kucing berangkat dengan peta, teleskop, baju petualang, topi, sepatu, sekop kecil untuk menggali, tenda, dan tas ransel yang berisi 7 botol air mineral, 6 kotak nasi dan lauk, 2 bungkus cemilan, senter, tali juga lampu kecil untuk di dalam tenda.


Pada hari pertama, dia melewati hutan putih dengan berani. 1 cemilan habis, 3 kotak nasi dan lauk habis, 2 botol mineral juga habis. Ibu kucing sampai di kaki awan gunung itu, istirahat sebentar kemudian mulai memanjat.

Di hari yang kedua, 1 cemilan, 3 kotak nasi lauk, juga 3 botol air habis. Ibu kucing kehabisan bekal makanan dan cemilan, hanya tersisa 2 air mineral. Walaupun begitu, ibu kucing tetap semangat, dia terus mendaki sampai akhirnya menemukan bunga satu- satunya yang terletak di puncak gunung. Bunga itu terletak di tengah


danau yang dalam, yang tidak mungkin untuk berenang ke sana. Lalu ibu kucing mencari di sekeliling dan menemukan banyak pohon pisang. Ia membuat rakit dari pelepah pisang dan dikat menggunakan tali yang ada di dalam tas. Setelah berjuang selama dua jam mendayung dan kelelahan, akhirnya ia sampai ke tengah danau dan berhasil mencabut bunga tersebut.

Dengan perbekalan yang hanya 2 botol air mineral, ibu kucing turun gunung. Di tengah jalan ia melihat ada seekor anjing dan anaknya sedang sangat kehausan. Ibu kucing kasihan lalu ia memberi semua minuman yang


tersisa, karena dia merasa anak anjing dan ibunya lebih memerlukan.

Ibu kucing melanjutkan perjalanan menuruni gunung, tapi tidak lama kemudian ia kehausan dan berteduh di dalam gua. Tiba-tiba, muncullah Ibu dan anak anjing yang sebelumnya kehausan memberi ibu kucing alat transportasi ajaib.

“Tadi aku hanya ingin menguji kepedualianmu,” kata ibu anjing menjelaskan.

“Terimakasih banyak. Aku tidak menduganya.” Jawab ibu kucing.


“Kamu bisa menaiki alat ini. Kalau kamu haus, kamu bisa minta minum, kalau kamu lapar, kamu bisa minta makan dengan menekan tombol yang ada gambar minuman dan makanan. Dan semua alat kebutuhanmu ada di dalam.”

ibu kucing mengatakan terimakasih sekali lagi dan menaiki alat tranportasi itu, kemudian pulang.

Sesampainya di istana, anaknya sudah menanti ibu mereka. Ibu kucing memeluk mereka, dan memberi bunga kepada pelayan yang mukanya berseriseri, lalu bertanya kepadanya,


“Ehm, kenapa anda bilang selamat datang kembali waktu pertama kali kami datang?”

“Oh itu, karena dulu ibumu sahabat ibuku,” pelayan itu menjelaskan, “dulu anda dan saya masih berumur 1 tahun. Saya diberi tahu, saat perang kamu dan ibumu pergi.”

Mendengar cerita itu ibu kucing diam terkesima.

“Oke” kata pelayan tiba tiba, memecah keheningan, “waktunya kalian pulang sampai nanti dadah.”

TAMAT