Monday 4 July 2022

Tidak Nurut Mama

Pada suatu sore yang cerah, Rara berjalan-berjalan santai bersama Mamanya di taman komplek dekat rumah yang ramai. Angin sepoi-sepoi bertiup menerbangkan bau gorengan yang lezat, Rara melihat ada penjual gorengan di bawah pohon beringin. Kemudian ia bertanya kepada Mama, "Ma aku boleh gak beli gorengan itu?"  

Mama melirik ke penjual gorengan itu. Karena penjual gorengannya tidak pakai masker, gorengannya tidak ditutup, dan banyak lalat yang berterbangan di sekeliling gorengan itu, maka Mama menggeleng sambil berbisik, "Jangan, sebaiknya kita bikin sendiri saja nanti. Tiga hari lagi kan kita mau pergi ke Labuan Bajo, nanti kalau kamu sakit tidak ikut, hanya Mama dan papa saja yang pergi" 

Rara kesal, cemberut dan berujar dalam hati, "Kan kalau aku makan satu dua tidak akan kenapa-napa." 

Besok paginya Rara bermain bersama temannya Freya, "Hai Rara, kamu mau nemenin aku gak? Aku mau jajan gorengan nanti kamu aku traktir!" tanya Freya.  

"Mmm” Rara  bepikir  sejenak sebelum akhirnya berkata ”Ayo deh!”

Sesampai di tukang gorengan Rara sadar bahwa tukang gorengannya sama dengan yang ia temui kemarin bersama Mamanya.

"Eh Ra, ayo kita beli yang banyak harganya murah!" bisik Freya kepada Rara. 

Rara sebenarnya mau menolak tawaran traktiran Freya, tapi karena ia tidak mau mengecewakan temannya, dan ia berpikir Mama tidak melihat kalau dia makan gorengan, maka ia memutuskan menerima traktiran Freya. "Ehh ayo!" kata Rara.  

Freya membeli lima belas buah gorengan, "kamu tujuh, aku delapan ya" seru Freya saat di kursi taman. Rara mengangguk setuju karena itukan memang milik Freya jadi terserah dia. 

"Dadah Rara, sampai jumpa besok!" Seru Freya.  

“Aku besok tidak main,” kata Rara.  

“Kenapa?” tanya Freya.  

“Karena aku pengen siap-siap, lusa aku pengen pergi ke Labuan Bajo,” jelas Rara. Hari sudah menjelang siang, mereka berdua pulang ke rumah masing masing.  

"Eh Rara sudah pulang!" sambut Mama saat Rara masuk rumah "Tadi Rara main apa?" Tanya Mama. 

"Aku tadi main sama Freya aku main..." Rara bingung mau bilang apa, "...ehh aku tadi sama Freya main board game sama video game..." Kata Rara berbohong. Ia merasa tidak enak pada Mama.

"Baiklah kalau begitu, ayo makan! Mama membuat sup sosis hangat. Jangan lupa cuci tangan dulu ya!" ujar Mama mengingatkan. "Oh iya, Mama juga mau bicara dengan kamu" Mama menambahkan. 

Rara merasa tidak enak, lalu dia cuci tangan dan memakan supnya, "Ada apa ma?" tanya Rara. 

"Pergi ke Labuan Bajo ditunda minggu depan, karena Papa ada pekerjaan mendadak besok…" Mama menjelaskan.

Sebenarnya Rara agak kecewa karena ia sudah menunggu-nunggu, tapi dia pasrah, "Oke ma, tidak apa-apa kok!" kata Rara. 

"Ya udah jadi Rara Besok main aja, tapi ingat jangan jajan sembarangan, karena mungkin nanti akan ada perubahan lagi karena ini juga belum pasti." ujar Mama mengingatkan. 

"Oke, Ma." jawab Rara. 

Besoknya Rara memanggil Freya, "Freyaaa! Main yuk!" seru Rara. 

"Ada apa Rara, eh bukannya kamu mau siap-siap untuk besok pergi?" tanya Freya yang sedang menyiram tanaman di kebunnya.

"Iya aku perginya ditunda," jawab Rara. 

"Oh, kalau gitu aku pengen beli es potong temenin yuk! Tapi kali ini aku gak traktir kamu ya”

“oke” kata Rara mengankat alisnya

Mereka berdua berjalan ke lapangan, lalu mereka bertemu dengan teman mereka Kelly. 

"Eh kalian pada mau kemana?" tanya Kelly. 

"Kami mau beli es potong," jawab Rara.  

"Aku sih pengen ikut kalian beli es potong, tapi kata Mama aku gak boleh jajan sembarangan,” ujar Kelly. 

Mendengar penjelasan Kelly, Rara jadi ingat pesan Mamanya untuk tidak jajan sembarangan, tapi ia mengabaikan pesannya karena sangat suka es potong, lagi pula kan perginya ditunda. Sampai di tukang es potong, Rara dan Freya membeli beberapa potong es. 

"Ra, besok aku mau berenang kamu mau ikut gak? Berenang di rumah aku." 

"Mau! Aku tanya Mamaku dulu ya," jawab Rara 

Sesampainya di rumah, "Ma besok Rara boleh berenang di rumah Freya?" tanya Rara pada Mama yang habis menelepon seseorang. 

"Iya boleh, tapi jangan lama-lama ya," jawab Mama cepat. 

"Yey!" sorak Rara. 

Malamnya, saat Rara sedang membaca buku ensiklopedia di ruang tamu, Mama memanggil, "Rara makan dulu yuk Mama buat ikan bakar favorit kamu nih!" kata Mama. 

"Oke mah Rara segera datang," jawab Rara, tapi tiba-tiba "Aduuh" teriak Rara nyaring, ia langsung pergi ke toilet dan beberapa menit kemudian ia keluar dari toilet, tapi ia mulas lagi dan langsung bergegas ke kamar mandi, terus berulang beberapa kali.  Mama heran dan menghampiri Rara setelah keluar dari toilet beberapa kali. 

"Kenapa Ra?"  

"Tadi aku diare dan agak mual, perutku juga sangat mulas." rintih Rara, dan…"hatchii" Rara bersin!

"Memang Rara habis makan apa kok bisa sakit perut dan bersin-bersin?" Tanya Mama.

"Enggak kok… tapi eh sebenarnya mmm Rara gak nurut Mama, tadi Rara jajan sembarangan, jajan es potong di lapangan. Terus kemarin Rara jajan gorengan yang waktu itu Mama gak bolehin Rara beli," Rara menjelaskan sambil menunduk menyesal. Rara kira Mama akan marah, tapi Mama hanya mengambil napas panjang

sambil mengusap minyak kayu putih ke perut Rara, Mama berbicara, "Sebenarnya sih tidak apa-apa, yang penting kamu menerima resikonya, pertama kan kamu sakit jadi tidak ikut deh besok ke Labuan Bajonya…” 

Rara memotong dengan nada kecewa. “Bukannya minggu depan perginya, bukan besok!?” 

“Soalnya ternyata papa pekerjaannya di sana besok” kata Mama menjelaskan. "Tadi siang Mama baru saja diberitahu,"

Rara bersandar lemas di sofa abu-abu, mencium aroma kayu putih yang habis Mama usap ke tubuhnya. Ia melihat Mama tersenyum, tapi di matanya senyum itu agak buram karena ia merasa sedikit pusing. Ia merasakan mual dan hidungya gatal seperti sehabis dari ruangan berdebu. Ia merasa sangat kecewa karena tidak jadi ke Labuan Bajo ditambah perutnya yang mulai lebih sakit, membuat dia ingin menagis tapi mau bagai mana lagi itu kan memang salahnya.

Melihat muka Rara yang mulai pucat, Mama khawatir dan berkata sambil mengambilkan jaket untuk Rara, "kita ke dokter dulu yuk untuk mendapatkan obat,"

Sesampainya di klinik, Mama mendaftar dan menunggu giliran, beberapa menit kemudian dokter  memanggil, “Anak Rara!”

Ketika dokter bertanya keluhan yang dirasa, Mama menjelaskan, "Dok, anak saya sakit perut dan bersin bersin."

"Coba ibu dokter cek dulu ya," kata dokter kepada Rara sambil menyuruhnya berbaring untuk di periksa. Dokter juga bertanya beberapa hal kepada Mama.

Setelah di cek, dokter berkata, "Dari penjelasan ibu dan hasil pemeriksaan sepertinya Rara terinfeksi virus atau bakteri, sebaiknya jangan makan atau minum yang dingin dan terlalu manis dulu ya, dan biasanya penyebab diare adalah makan makanan yang tidak terjaga kebersihannya, dan  makan makanan yang  terlalu pedas.

"Baik bu dokter," ujar Mama.

Lalu Mama dan Rara pulang setelah menerima obat dari apotek. Akhirnya Rara tidak jadi pergi ke Labuan Bajo, tidak jadi makan ikan bakar favoritnya dan yang terakhir tak jadi berenang di rumah Freya.


The End

Oleh: Nada Narendradhitta

Friday 11 June 2021

Mimpi Atau Nyata?

Oleh: Nada Narendradhitta

Aku sedang belajar Bahasa Inggris di rumah, ketika benda sangat besar jatuh dari langit. Untungnya benda itu jatuh dekat lapangan dan hutan yang besar jadi tidak ada yang terluka walaupun banyak pohon yang rusak.

Dorr! 

Tetangga-tetanggaku kaget dan pada keluar rumah melihat apa yang terjadi, ibuku juga keluar begitupun aku. Ternyata di luar ada pesawat yang sangat besar (bukan pesawat yang sering kamu lihat di langit ya). Pesawat itu berbentuk seperti tetes air hujan yang ukurannya beribu ribu kali lipat. Pak RT dan beberapa tetangga melihat ke dalam pesawat dan masuk. Setelah mereka masuk, tetanggaku yang lain masuk kerumah lagi sambil bercerita tentang kejadian luar biasa itu. Lalu setengah jam kemudian pak RT dan beberapa tetanggaku keluar dari pesawat itu.

“Ibu itu tuh pak RT udah keluar” kataku pada ibuku yang sedang memasak sop untuk makan siang. Lalu aku dan ibuku keluar lagi.

“di dalam pesawat tidak ada seorangpun” kata pak RT, “untuk pengamatan lebih lanjutnya kita teruskan besok saja”.

Malam harinya… 

“Nak tolong petikan daun bayam gih di kebun” ujar ibuku. 

“Baik bu” lalu aku pergi ke kebun sambil membawa keranjang rotan. Sesampainya di kebun, aku mendengar suara dan saat aku lihat ada alien! Aku ingin sekali berteriak tapi aku kasihan karena ternyata alien itu menangis. 

“A-da ap-pa-ke-kenap-pa kamu m-mennang-is?” tanyaku terbata-bata lalu alien itu memandangku.

“Aku kehilangan pesawat jadi tidak bisa pulang,” tangis alien itu. Beberapa jam sebelumnya, pesawat kehilangan keseimbangan dan jatuh. Alien itu terlontar dari pesawat dan mendarat di menggunakan parasut di tempat terpisah.

“O cepat sini ikut aku” kataku sambil berlari pelan menuju pesawat itu. “Apakah ini pesawatmu?”.

“iya betul!” jawab alien itu. 

“Eh tapi nanti orang orang akan bingung kemana hilangnya pesawat itu kalau kau membawanya pulang!” kataku.

“Oh kalau itu aku akan mengurusnya” kata alien itu. “Mereka besok akan lupa soal ini”. 

“Benarkah!”

“Dan kamu akan menganggap ini mimpi…”

Kukuruyukk… 

“Hah apa yang terjadi” aku bangun dari tidur

“Nak bangun ayo sarapan sudah jadi!” seru ibuku lalu aku bangun dan duduk di meja makan.

“Makan apa sekarang bu?” tanyaku.

“Hmm apa kamu lupa! Bukan kah kamu yang kemarin malam memetik bayam!” 

Hah jadi mimpi itu nyata atau tidak! Kataku dalam hati.


The end

Gambar oleh: Nada Narendradhitta