Friday, 11 June 2021

Mimpi Atau Nyata?

Oleh: Nada Narendradhitta

Aku sedang belajar Bahasa Inggris di rumah, ketika benda sangat besar jatuh dari langit. Untungnya benda itu jatuh dekat lapangan dan hutan yang besar jadi tidak ada yang terluka walaupun banyak pohon yang rusak.

Dorr! 

Tetangga-tetanggaku kaget dan pada keluar rumah melihat apa yang terjadi, ibuku juga keluar begitupun aku. Ternyata di luar ada pesawat yang sangat besar (bukan pesawat yang sering kamu lihat di langit ya). Pesawat itu berbentuk seperti tetes air hujan yang ukurannya beribu ribu kali lipat. Pak RT dan beberapa tetangga melihat ke dalam pesawat dan masuk. Setelah mereka masuk, tetanggaku yang lain masuk kerumah lagi sambil bercerita tentang kejadian luar biasa itu. Lalu setengah jam kemudian pak RT dan beberapa tetanggaku keluar dari pesawat itu.

“Ibu itu tuh pak RT udah keluar” kataku pada ibuku yang sedang memasak sop untuk makan siang. Lalu aku dan ibuku keluar lagi.

“di dalam pesawat tidak ada seorangpun” kata pak RT, “untuk pengamatan lebih lanjutnya kita teruskan besok saja”.

Malam harinya… 

“Nak tolong petikan daun bayam gih di kebun” ujar ibuku. 

“Baik bu” lalu aku pergi ke kebun sambil membawa keranjang rotan. Sesampainya di kebun, aku mendengar suara dan saat aku lihat ada alien! Aku ingin sekali berteriak tapi aku kasihan karena ternyata alien itu menangis. 

“A-da ap-pa-ke-kenap-pa kamu m-mennang-is?” tanyaku terbata-bata lalu alien itu memandangku.

“Aku kehilangan pesawat jadi tidak bisa pulang,” tangis alien itu. Beberapa jam sebelumnya, pesawat kehilangan keseimbangan dan jatuh. Alien itu terlontar dari pesawat dan mendarat di menggunakan parasut di tempat terpisah.

“O cepat sini ikut aku” kataku sambil berlari pelan menuju pesawat itu. “Apakah ini pesawatmu?”.

“iya betul!” jawab alien itu. 

“Eh tapi nanti orang orang akan bingung kemana hilangnya pesawat itu kalau kau membawanya pulang!” kataku.

“Oh kalau itu aku akan mengurusnya” kata alien itu. “Mereka besok akan lupa soal ini”. 

“Benarkah!”

“Dan kamu akan menganggap ini mimpi…”

Kukuruyukk… 

“Hah apa yang terjadi” aku bangun dari tidur

“Nak bangun ayo sarapan sudah jadi!” seru ibuku lalu aku bangun dan duduk di meja makan.

“Makan apa sekarang bu?” tanyaku.

“Hmm apa kamu lupa! Bukan kah kamu yang kemarin malam memetik bayam!” 

Hah jadi mimpi itu nyata atau tidak! Kataku dalam hati.


The end

Gambar oleh: Nada Narendradhitta

Wednesday, 10 February 2021

Proyek Menulis Bersama Selingkar (Tema Makanan Tradisional)

Ini adalah karyaku dalam proyek menulis buku ensiklopedia makanan tradisional Indonesia bersama Selingkar. Untuk lebih lengkapnya buku ensiklopedi tersebut bisa dilihat di sini.






Saturday, 30 January 2021

Membaca dan Pelajaran Bahasa Ibu

Di Finlandia, siswa sekolah dasar kelas satu dan dua, tiap hari mengawali kelas dengan pelajaran Modersmål atau Bahasa Ibu. Sementara untuk kelas tiga sampai enam, Modersmål selalu ditempatkan pada jam pertama setiap Senin.

Apa yang dilakukan para guru dalam pelajaran itu? Membacakan cerita. Setelah mendengarkan cerita, murid-murid diminta melakukan aktifitas lanjutan seperti menggambar ilustrasi atau bahkan untuk anak kelas lima dan enam, anak-anak diminta membuat musik berdasarkan cerita yang dibacakan.

Jadi pelajaran Modersmål (Bahasa Indonesia jika di Indonesia) dengan penyampaian melalui cerita merupakan pelajaran paling penting bagi anak-anak. Bayangkan, dalam 5 hari sekolah, kelas satu dan dua belajar Bahasa selama 7 jam. Untuk kelas tiga dan empat 6 jam. Sementara untuk kelas enam 5 jam.

Pertanyaannya kemudian adalah, mengapa Finalandia, negara dengan kualitas pendidikan
terbaik di dunia menekankan pentingnya pelajaran bahasa di usia sekolah dasar?

Sederhana, karena bahasa adalah alat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Kaitan bahasa dengan pelajaran-pelajaran lain sangat erat, bahkan tanpa kecakapan berbahasa, anak-anak akan kesulitan memahami matematika. Karena manusia berpikir dengan bahasa dan bahasa membentuk pikiran seseorang. Jika anak-anak cakap berbahasa, mereka akan mampu menata pikiran, menyampaikan gagasan dan berkomunikasi dengan baik. Tujuan akhirnya, kecakapan berbahasa akan membuat transfer pengetahuan atau kegiatan pembelajaran akan semakin baik.

Kelemahan dalam pelajaran bahasa ini, dengan segala aspeknya (seperti komunikasi lisan, membaca efektif, menulis kreatif, dan literasi media) yang akhirnya menyebabkan nilai PISA (metode penilaian internasional yang menjadi indikator untuk mengukur kompetensi siswa di tingkat global) sangat rendah. Untuk nilai kompetensi Membaca, Indonesia berada dalam peringkat 72 dari 77 negara. Untuk nilai Matematika, berada di peringkat 72 dari 78 negara. Sedangkan nilai Sains berada di peringkat 70 dari 78 negara. Nilai tersebut cenderung stagnan dalam 10 - 15 tahun terakhir.

Di Indonesia, usaha pemerintah melalui kementrian pendidikan untuk memperbaiki hal tersebut sudah ada sejak lama. Saat ini, Ujian Nasional SD ditiadakan dan UN untuk tingkat sekolah yang lebih tinggi diganti menjadi AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) yang berguna untuk mengukur kinerja sekolah berdasarkan literasi dan numerasi siswa, dua kompetensi inti yang menjadi fokus tes PISA, Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), dan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS). Perbaikan ini tentu membutuhkan proses yang mungkin akan panjang.

Mengharapkan perubahan dari institusi yang tingkat korupsinya termasuk yang paling besar, memang membuat frustasi. Namun usaha mendidik bukanlah usaha pemerintah semata. Sebagai praktisi homeschooling yang membaca nilai PISA itu, saya tergerak untuk mengingatkan kembali terutama pada diri saya untuk lebih peduli pada literasi anak. Maka dengan rendah hati, saya mengajak orang-orang yang peduli pada pendidikan anak untuk memulai gerakan membaca cerita. Dimulai dari diri sendiri, dari rumah.

Saya bahkan masih membacakan cerita atau buku untuk Nada padahal waktu itu ia sudah lancar membaca. Walaupun pada akhirnya karena tidak sabaran dan penasaran, ia akhirnya membaca sendiri. Sekarang, tidak ada yang bisa menghentikan kesenangannya membaca. Pada umur 8 tahun ia telah menamatkan 7 jilid novel Harry Potter.

Selain menumbuhkan kesenangan pada bacaan, membuat anak-anak terbiasa paham dengan Bahasa dan segala seluk beluk Bahasa dari mulai majas, struktur, logika dan banyak hal lain tanpa harus membebani mereka dengan terori-teori kebahasaan, membacakan cerita juga bisa lebih mendekatkan anak dengan orang tua.

Lebih dari itu, pelajaran penting lain termasuk pengembangan karakter bisa dilakukan. Saya percaya, cerita adalah alat mendidik yang paling efektif karena menarik dan bisa mempengaruhi dengan halus, tanpa berteriak atau menceramahi. Saya mendongeng untuk mengatakan bahwa orang yang baik bukanlah mereka yang tidak pernah berbuat buruk, tapi yang menyesali perbuatan buruk dan punya keinginan untuk berubah. Saya bercerita untuk mengganti kalimat, “Membalas boleh dilakukan, namun jangan berlebihan.” atau “Tidak ada yang ingin berteman dengan pembohong.”